Katakanlah itu “ Cinta “
Para remaja masa kini menjadikan “cinta” sebagai hal
yang paling identik dengan keseharian mereka. Memang tak perlu ditanyakan lagi,
mereka sudah memiliki alasan untuk menyertakan “cinta” dalam kehidupan, yaitu
karena mereka telah memasuki masa pubertas, mengikuti gaya hidup yang sedang
menjadi trend, dan menurut mereka “cinta” itu membuat perasaan hati mereka
bahagia.
Layaknya sudah sangat mengerti akan arti cinta,
dalam kesehariannya para remaja sudah mampu saling menyampaikan kata “cinta”
itu pada orang yang spesial bagi mereka, sehingga mereka sudah memiliki teman
spesial yang terkait karena “cinta” tersebut, atau bisa lebih dikenal dengan
istilah “pacar” dan “pacaran”. Para orang tua remaja menyebutnya dengan istilah
“cinta monyet” meski sebagian remaja menolak jika hubungan mereka disebut
dengan istilah “cinta monyet” tersebut, karena para remaja sendiri menganggap
bahwa jalinan hubungan “pacaran” itu dijalani dengan serius. Pacaran yang
serius itulah yang membuat para remaja semakin terbawa arus sensasi masa – masa
pubertas, sehingga terus berkembang lalu kemudian munculah berbagai konflik –
konflik dalam interaksi sosialnya, seperti perjanjian, kesetiaan, perhatian,
romantisasi, kecurangan, kebohongan, perselingkuhan, pertengkaran, dan lain
sebagainya. Selanjutnya tersusunlah sebuah siklus disetiap hubungan “pacaran”
tersebut, dari mulai awal perjanjian terjadinya sebuah hubungan, masa – masa
romantisasi, terjadinya gejala konflik, terjadinya pertengkaran akibat tidak
ditemukannya solusi untuk memperbaiki hubungan, sampai pada akhirnya hubungan
tersebut berakhir dengan sebuah komitmen. Jika saja masalah yang mereka alami
dapat diselesaikan secara harmonis dan hubungan mereka masih dapat dilanjutkan,
maka mereka akan merasa senang karena konflik yang mereka alami dapat
diselesaikan. Namun sebagian para remaja yang tidak dapat menemukan solusi
untuk memperbaiki hubungannya akan mengalami depresi atau kesedihan, meski
keputusan pengakhirannya dibuat oleh mereka sendiri.
Konflik dalam hubungan “pacaran” tersebut sebenarnya
muncul akibat dari sifat dan sikap salah seorang pasangan ataupun bisa juga
dari kedua – duanya, sifat yang masih didominasi keegoisan, sikap yang belum
dewasa, dan perkembangan emosi remaja yang masih labil. Perlu diketahui bahwa
pada dasarnya cinta adalah nafsu yang diiringi oleh rasa sayang, nafsu yang
dikontrol oleh rasa sayang terhadap lawan jenis sesuai dengan perkembangan
emosi setiap orang masing - masing. Jika seseorang berkata bahwa dirinya
mencintai dengan tulus, maka perkataanya kemungkinan besar tidak dapat
dibuktikan karena penyampaian cintanya tidak memiliki alasan yang logis. Seseorang
yang mencintai orang lain memiliki harapan tersembunyi dalam ungkapan rasa
cintanya, karena seorang manusia memiliki kebutuhan seksual setidaknya
penyampaian rasa cintanya mengharapkan balasan penyampaian perasaan yang sama
dari lawan jenisnya. Harapan yang lebih lanjut umumnya mencakup perhatian dari
pasangannya, kemudian dari perhatian tersebut diharapkan dapat memberikan
kebaikan lebih lagi dengan berbagai bentuk, selebihnya cinta selalu
mengharapkan balasan yang terbaik. Intinya perasaan cinta seorang manusia
selalu membutuhkan timbal balik antara lawan jenisnya, sehingga kebutuhan masa
puber mereka dapat terpenuhi dengan dibatasi oleh norma dan etika.
Sudah seharusnya para remaja yang melakoni kisah
cinta dapat memahami arti cinta yang sebenarnya, agar lebih waspada terhadap
konflik – konflik dan dampak negatifnya. Ada saatnya cinta menjadi faktor
kebahagiaan bagi para remaja, sehingga mampu mendorong semangat untuk hidup
lebih baik. Namun ada juga saat cinta menjadi sumber kesedihan. Kesedihan
akibat cinta itu yang dapat menguras seluruh perhatian, akibatnya kewajiban
para remaja kepada Tuhan, kepada keluarga, dan dalam menjalani pendidikan
semakin terabaikan, sehingga dalam segi yang lebih penting para remaja masa
kini menjadi tidak berkualitas. Padahal cinta yang sebenarnya di masa depan
adalah pernikahan yang sudah tentu membutuhkan hal yang lebih penting lagi
selain perasaan, seperti harta dan sumber mata pencaharian. Jadikanlah cinta
adalah point kesekian dalam kehidupan setelah agama, keluarga, dan pendidikan
yang memang harus menjadi yang lebih utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar