Kamis, 03 Mei 2012

Katakanlah itu "Cinta"


Katakanlah itu “ Cinta “
Para remaja masa kini menjadikan “cinta” sebagai hal yang paling identik dengan keseharian mereka. Memang tak perlu ditanyakan lagi, mereka sudah memiliki alasan untuk menyertakan “cinta” dalam kehidupan, yaitu karena mereka telah memasuki masa pubertas, mengikuti gaya hidup yang sedang menjadi trend, dan menurut mereka “cinta” itu membuat perasaan hati mereka bahagia.
Layaknya sudah sangat mengerti akan arti cinta, dalam kesehariannya para remaja sudah mampu saling menyampaikan kata “cinta” itu pada orang yang spesial bagi mereka, sehingga mereka sudah memiliki teman spesial yang terkait karena “cinta” tersebut, atau bisa lebih dikenal dengan istilah “pacar” dan “pacaran”. Para orang tua remaja menyebutnya dengan istilah “cinta monyet” meski sebagian remaja menolak jika hubungan mereka disebut dengan istilah “cinta monyet” tersebut, karena para remaja sendiri menganggap bahwa jalinan hubungan “pacaran” itu dijalani dengan serius. Pacaran yang serius itulah yang membuat para remaja semakin terbawa arus sensasi masa – masa pubertas, sehingga terus berkembang lalu kemudian munculah berbagai konflik – konflik dalam interaksi sosialnya, seperti perjanjian, kesetiaan, perhatian, romantisasi, kecurangan, kebohongan, perselingkuhan, pertengkaran, dan lain sebagainya. Selanjutnya tersusunlah sebuah siklus disetiap hubungan “pacaran” tersebut, dari mulai awal perjanjian terjadinya sebuah hubungan, masa – masa romantisasi, terjadinya gejala konflik, terjadinya pertengkaran akibat tidak ditemukannya solusi untuk memperbaiki hubungan, sampai pada akhirnya hubungan tersebut berakhir dengan sebuah komitmen. Jika saja masalah yang mereka alami dapat diselesaikan secara harmonis dan hubungan mereka masih dapat dilanjutkan, maka mereka akan merasa senang karena konflik yang mereka alami dapat diselesaikan. Namun sebagian para remaja yang tidak dapat menemukan solusi untuk memperbaiki hubungannya akan mengalami depresi atau kesedihan, meski keputusan pengakhirannya dibuat oleh mereka sendiri.
Konflik dalam hubungan “pacaran” tersebut sebenarnya muncul akibat dari sifat dan sikap salah seorang pasangan ataupun bisa juga dari kedua – duanya, sifat yang masih didominasi keegoisan, sikap yang belum dewasa, dan perkembangan emosi remaja yang masih labil. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya cinta adalah nafsu yang diiringi oleh rasa sayang, nafsu yang dikontrol oleh rasa sayang terhadap lawan jenis sesuai dengan perkembangan emosi setiap orang masing - masing. Jika seseorang berkata bahwa dirinya mencintai dengan tulus, maka perkataanya kemungkinan besar tidak dapat dibuktikan karena penyampaian cintanya tidak memiliki alasan yang logis. Seseorang yang mencintai orang lain memiliki harapan tersembunyi dalam ungkapan rasa cintanya, karena seorang manusia memiliki kebutuhan seksual setidaknya penyampaian rasa cintanya mengharapkan balasan penyampaian perasaan yang sama dari lawan jenisnya. Harapan yang lebih lanjut umumnya mencakup perhatian dari pasangannya, kemudian dari perhatian tersebut diharapkan dapat memberikan kebaikan lebih lagi dengan berbagai bentuk, selebihnya cinta selalu mengharapkan balasan yang terbaik. Intinya perasaan cinta seorang manusia selalu membutuhkan timbal balik antara lawan jenisnya, sehingga kebutuhan masa puber mereka dapat terpenuhi dengan dibatasi oleh norma dan etika.
Sudah seharusnya para remaja yang melakoni kisah cinta dapat memahami arti cinta yang sebenarnya, agar lebih waspada terhadap konflik – konflik dan dampak negatifnya. Ada saatnya cinta menjadi faktor kebahagiaan bagi para remaja, sehingga mampu mendorong semangat untuk hidup lebih baik. Namun ada juga saat cinta menjadi sumber kesedihan. Kesedihan akibat cinta itu yang dapat menguras seluruh perhatian, akibatnya kewajiban para remaja kepada Tuhan, kepada keluarga, dan dalam menjalani pendidikan semakin terabaikan, sehingga dalam segi yang lebih penting para remaja masa kini menjadi tidak berkualitas. Padahal cinta yang sebenarnya di masa depan adalah pernikahan yang sudah tentu membutuhkan hal yang lebih penting lagi selain perasaan, seperti harta dan sumber mata pencaharian. Jadikanlah cinta adalah point kesekian dalam kehidupan setelah agama, keluarga, dan pendidikan yang memang harus menjadi yang lebih utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar