Rabu, 02 Mei 2012

Sejarah untuk masa depan


Sejarah untuk masa depan
23 April 2012
Nama :
Ryan Ardiansyah
Program Studi Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah :
Bahasa Indonesia

Seperti yang telah di ketahui oleh masyarakat luas, ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang masa lampau dimana zaman telah mengenal tulisan, hanya mengisahkan peristiwa yang berkaitan dengan manusia, peristiwa yang benar – benar terjadi, dan tentunya peristiwa yang bersifat logis atau dapat di yakini kebenarannya (peristiwa yang dapat di jelaskan proses terjadinya).
Baik dari masyarakat kalangan terpelajar sampai kalangan biasa pun tahu bahwa sebuah sejarah sudah pasti berkaitan tentang kisah pada zaman dahulu. Tetapi jika diteliti lebih dalam, masyarakat yang mengetahui ilmu sejarah secara spesifik hanya beberapa kalangan saja, seperti dosen, guru,dan mahasiswa. Mahasiswa sendiri pun yang mengetahui ilmu sejarah sebenarnya hanya mahasiswa yang berpengetahuan luas atau memang mempelajarinya secara khusus dan linear. Sedangkan masyarakat di kalangan biasa atau yang tidak mempelajari ilmu sejarah secara detail, sebatas mengetahui bahwa ilmu sejarah itu hanya sebagai media untuk menceritakan masa lalu yang sebagian tidak dilengkapi unsur – unsur sebuah peristiwa yang dapat disebut peristiwa sejarah. Masyarakat tersebut mengkategorikan kisah - kisah seperti dongeng, legenda, dan cerita rakyat yang tidak mengandung unsur – unsur peristiwa sejarah sebagai sebuah sejarah.
Contohnya, menurut beberapa tokoh masyarakat, kisah tentang mitos prabu sanghyang borosngora yang masuk islam di Tanah Suci Makkah, dan sempat berguru pada salah satu Amirul Mukminin yaitu Ali Ibn’ Abu Thalib r.a itu, dapat dikategorikan sebagai peristiwa sejarah. Memang pernyataan tersebut sekilas terkesan seperti peristiwa nyata, serta didukung dengan berbagai bukti kongkrit berupa benda – benda kuno seperti pedang,cis atau trisula sebagai perlengkapan berdakwah,pakaian yang biasa di pakai oleh orang arab,dan benda – benda lainnya yang diyakini adalah pemberian dari Ali Ibn’ Abu Thalib r.a kepada Prabu Sanghyang Borosngora. Akan tetapi jika diteliti dari segi waktu, peristiwa tersebut tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan menjadi sebuah peristiwa sejarah, Karena jeda waktu antara kedua tokoh besar ini sangat panjang. Mengingat bahwa Ali Ibn’ Abu Thalib r.a hidup pada abad ke 6,sedangkan Prabu Sanghyang Borosngora hidup sekitar abad ke 15. Tentu saja kisah pertemuan antara Prabu Sanghyang Borosngor dengan Ali Ibn’ Abi Thalib r.a ini tidak masuk akal. Itu adalah salah satu contoh kisah yang dikategorikan masyarakat sebagai sejarah meskipun informasi mengenai kisah tersebut hanya di dapat dari kata “ Konon “, sedangkan bukti yang benar – benar dapat di pastikan kebenarannya tidak dapat di temukan. Tentu saja hal ini meleset jika harus dikatakan sebagai sejarah dengan berbagai ketentuannya.
Jika pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai ilmu sejarah melenceng dari jalurnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kemungkinan besar manfaat dari pengetahuan tentang peristiwa masa lampau tidak dapat dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat tidak dapat menyerap bahan evaluasi dari sebuah peristiwa di masa lampau untuk dikembangkan di masa depan, karena sebagian masyarakat tidak mengetahui peristiwa sebenarnya, masyarakat tidak mengetahui arti positif dan negatifnya sebuah peristiwa masa lampau, masyarakat hanya mengetahui bahwa kehidupan masa lampau di penuhi dengan peristiwa – peristiwa yang tidak dapat dijelaskan dengan akal manusia, dan masyarakat hanya mengetahui bahwa cerita – cerita fiksi menariklah yang bisa didengar, selebihnya masyarakat tidak tahu bahwa banyaknya hikmah yang dapat diambil dari peristiwa sejarah.
Hanya sebagai perkiraan, kalau masyarakat malah tertarik dengan hal - hal yang tidak mengandung sumber ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu sejarah tidak dimasukan secara tegas ke tengah – tengah sistem pengetahuan masyarakat, mungkin saja itulah hal yang menjadi faktor kenapa masyarakat selalu bosan jika mempelajari tentang sejarah sebuah peristiwa. Karena masyarakat telah dibiasakan mendengar kisah - kisah yang menarik dan diwarnai dengan hal yang tidak logis yang memang sekilas terdengar menarik. Masyarakat Indonesia telah terbiasa mendengar cerita – cerita fiksi yang kurang mengandung ilmu pengetahuan, seperti sinetron, novel, cerita remaja, serta cerita yang penuh dengan dramatisasi dimana pengarang sengaja membuat cerita tersebut semenarik mungkin.
Kalau misalnya masyarakat memiliki motivasi tinggi dalam mempelajari sejarah, kemudian menelitinya lebih lanjut, maka sebuah peristiwa sejarah akan memberikan penelitinya berbagai sumber ilmu pengetahuan, karena sebuah sejarah selalu membahas peristiwa penting seperti peristiwa yang menyangkut kebudayaan manusia ( antropologi ), ilmu yang membahas sosial dan kemasyarakatan ( politik ), ilmu yang berkaitan dengan filsafat ( keyakinan dan agama ), serta mempelajari peristiwa – peristiwa yang dapat membawa pengaruh besar di dunia. Dari sanalah masyarakat dapat mengambil bahan evaluasi kehidupan, hikmah, pelajaran bagi kemasyarakatan di masa datang. Bahkan bagi orang yang memang sangat menyukai penelitian dan investigasi sebuah peristiwa sejarah yang belum terpecahkan,  ilmu sejarah akan terasa menarik, karena ilmu sejarah memiliki metode dalam mengkaji sebuah peristiwa, agar peneliti tersebut memiliki jalan dalam meneliti sebuah peristiwa sejarah. ada beberapa metode dalam pengkajian setiap peristiwa, yaitu metode heuristik ( mencari dan menemukan sumber ), kritik sumber ( meneliti ulang data yang didapat ),dan interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian ( historiografi ). Dari metode itulah, rekontruksi sejarah dapat menghasilkan tulisan sejarah yang bersifat ilmiah.
Telah semestinya, sebagai pengabdian terhadap tanah air Indonesia mempelajari ilmu sejarah juga adalah salah satu bentuk pengabdian. Selain dapat mengetahui apa itu sejarah secara luas, masyarakat juga dapat mengambil pengetahuan dari ilmu sejarah yang dapat dijadikan pembangun bangsa. Mulai dari segi budaya, ekonomi, sosial, sampai segi politik, karena bangsa Indonesia pada zaman dahulu adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya. Kekayaan budaya itulah yang patut dicontoh dan dijadikan sumber inspirasi di zaman modern ini. Masyarakat dapat menilai bagaimana kehidupan bangsa Indonesia pada zaman dahulu, kemudian membedakan positif dan negatifnya, sehingga dapat menerapkan apa yang terbaik untuk bangsa di masa depan.
Setiap saat yang akan datang adalah sebuah pilihan, sedangkan kenangan yang terlewati adalah pelajaran, setelah kita belajar dari masa lampau maka saat ini kita harus memilih, memilih jalan yang terbaik. Meski kita takan pernah mengetahui hal di ujung depan sana, tapi setidaknya kita telah belajar di ujung belakang. Pelajaran itulah yang harus kita amalkan di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar